![]() |
Ilustrasi |
Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
mempelajari pengetahuan dan keyakinan yang dibenarkan. Ini adalah disiplin yang
membahas bagaimana pengetahuan dikumpulkan dan dari sumber mana. Sebuah
pandangan tentang dunia dan pengetahuan secara kuat memengaruhi interpretasi
data, oleh karena itu, pendirian filosofis seseorang harus dijelaskan sejak
awal.
Pertanyaan-pertanyaan kunci dalam epistemologi meliputi: Apa itu pengetahuan? Apa syarat-syarat yang diperlukan dan cukup agar sesuatu dapat disebut pengetahuan? Apa saja sumber-sumber pengetahuan yang valid? Bagaimana struktur pengetahuan kita, dan apa batasannya?. Bagaimana kita memahami konsep pembenaran (justifikasi) suatu keyakinan? Apa yang membuat keyakinan yang dibenarkan menjadi benar-benar dibenarkan? Bisakah pengetahuan itu mutlak dan pasti?.
Sumber-sumber pengetahuan utama yang dibahas dalam epistemologi adalah:
Persepsi: Kemampuan untuk melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan menyentuh objek di lingkungan kita. Ini dianggap sebagai sumber pengetahuan orisinal karena beroperasi secara independen dari sumber lain. Namun, persepsi harus terhubung secara kausal dengan objeknya agar menghasilkan pengetahuan yang valid.
Memori: Memainkan peran krusial dalam banyak pengetahuan kita, membuat fakta-fakta masa lalu tersedia. Meskipun demikian, memori bukanlah sumber pengetahuan orisinal karena ia harus dilengkapi oleh sumber lain (misalnya, seseorang mengingat laporan cuaca karena sebelumnya melihat atau mendengarnya). Seperti persepsi, memori juga bisa salah (fallible).
Introspeksi: Pengetahuan yang diperoleh melalui refleksi diri atau pengamatan batin terhadap keadaan mental sendiri.
Kesaksian (Testimony): Pengetahuan yang diperoleh dari orang lain. Ini adalah sumber pengetahuan inferensial, yang berarti keabsahannya bergantung pada evaluasi kepercayaan sumber kesaksian tersebut.
Pembahasan tentang sumber-sumber pengetahuan ini menyoroti
bahwa perolehan pengetahuan adalah proses yang kompleks dan berlapis, di mana
sumber-sumber saling terkait dan tidak ada yang sepenuhnya dapat diandalkan
dengan sendirinya. Hal ini menggarisbawahi perlunya pemeriksaan kritis terhadap
saling ketergantungan dan batasan-batasan ini, yang sangat penting untuk
memahami batas-batas pengetahuan manusia dan kebutuhan inheren akan pembenaran
dalam keyakinan kita.
Dalam epistemologi, terdapat beberapa pendekatan dan cabang, yang seringkali berada di ujung spektrum yang berbeda:
Positivisme: Berpegang pada pandangan ilmiah tentang pengetahuan dan dunia. Pengumpulan data dalam pendekatan ini dilakukan berdasarkan statistik dan melibatkan jumlah peserta yang besar. Positivisme bersifat kuantitatif dan bertujuan untuk mencapai tingkat generalisasi yang tinggi.
Interpretivisme: Muncul sebagai respons terhadap objektivitas positivisme. Ide dasarnya adalah bahwa peneliti adalah bagian dari penelitian, menafsirkan data, dan karena itu tidak pernah bisa sepenuhnya objektif atau terpisah dari penelitian. Interpretivisme tertarik pada lingkungan yang spesifik dan kontekstual, mengakui bahwa realitas dan pengetahuan tidak objektif tetapi dipengaruhi oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut. Pendekatan ini lebih subjektif dan rentan terhadap bias.
Empirisme: Sebuah pandangan yang menyatakan bahwa pengetahuan terutama berasal dari pengalaman indrawi.
Rasionalisme: Sebuah pandangan yang menyatakan bahwa pengetahuan terutama berasal dari akal atau penalaran.
Kontras antara positivisme dan interpretivisme menggambarkan
hubungan langsung antara asumsi filosofis seseorang tentang pengetahuan dan
pendekatan praktis mereka terhadap penyelidikan. Memilih metodologi penelitian
bukan hanya keputusan teknis; itu adalah keputusan filosofis yang mendalam,
berakar pada bagaimana seseorang percaya pengetahuan dapat diperoleh dan apa
yang dianggap sebagai kebenaran. Hal ini memiliki konsekuensi yang signifikan
tentang bagaimana disiplin ilmu yang berbeda membangun pemahaman mereka tentang
realitas dan memvalidasi klaim mereka.
Bersambung ke Etika ....
Posting Komentar